Pohon dan Keikhlasan

30 Mei 2010

Oleh: Moh Fairuz Ad-Dailami

Siapa bilang pohon itu tidak ada hubungannya dengan keikhlasan. Jika kita mau mengakui dan menyadari, justru pohon adalah makhluk Allah paling ikhlas di dunia yang kita bisa lihat selain malaikat. Betapa tidak, dalam situasi bagaimanapun, baik panas maupun hujan, pohon tidak pernah mengeluh. Pohon juga tidak berusaha untuk meneduh terhadap semua jenis musim yang ada. Ia benar-benar ikhlas terhadap semua apa yang ditentukan oleh Allah dalam keadaan apapun.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (Ali Imran: 190). Firman Allah ini menegaskan bahwa apapun makhluk yang diciptakan-Nya di dunia ini dapat menjadi pembelajaran bagi mereka yang berakal.

Berakal di sini adalah manusia yang mau memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dari sisi yang orang lain tidak banyak lihat. Lalu menjadikannya hikmah untuk kemudian berbagi dengan manusia lainnya. Sebagaimana pohon yang lebih banyak memberi untuk kehidupan makhluk lainnya tanpa mengharapkan imbalan.

Ia rela dengan ikhlas berkorban menyaring racun dalam bentuk polusi udara menjadi oksigen yang diberikan kepada manusia yang sebenarnya perusak alam itu. Berapa banyak daun yang ia gugurkan demi memurnikan oksigen kembali bagi kehidupan makhluk lainnya? Bahkan ia rela mati kekeringan dikerenakan tugas mulianya ini.

Dengan ini jelas bahwa sudah selayaknya kita harus belajar soal keikhlasan dari tumbuhan yang bernama pohon itu. Apa yang kita jalani dalam hidup ini masih kalah jauh dengan apa yang diberikan oleh pohon, meskipun begitu manusia masih tetap menunjukkan keangkuhan dan kerakusannya. Masih punya rasa bersalahkah kita ketika menancapi pohon dengan paku-paku tajam untuk memasang pamphlet, banner, umbul-umbul, dan poster demi kepentingan sesaat sebagaimana masa kampanye kemaren? Belum lagi masalah pencemaran lingkungan dan penebangan hutan (pohon) besar-besaran yang dapat membahayakan kehidupan semua makhluk?

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191). Ayat ini adalah lanjutan dari ayat sebelumnya, bahwa ketika kita mulai menyadari atas kepongahan selama ini yang kita lakukan sebagai seorang manusia, betapa berdosanya diri ini.

Tinggalkan komentar