Belajar dari Air*

30 Mei 2010

Oleh: Moh Fairuz Ad-Dailami

Sebagaimana air, ia bersifat meneduhkan. Ia membawa kehidupan bagi semua makhluk hidup di dunia. Secara kasat mata, air terlihat melembutkan dan benda cair paling ramah di dunia yang dapat diterima oleh semua jenis kehidupan akan keberadaannya.

Dari sisi filosofis, air mempunyai banyak makna sebagai pembelajaran kehidupan. Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah yang berasal dari air (sperma) yang dalam empat puluh hari menjelma menjadi segumpal darah (Al-‘Alaq: 2). Secara ilmiah ini memang terbukti, Massaru Emoto seorang ilmuan Jepang dalam bukunya The Power of Water menegaskan bahwa manusia ketika masih dalam kandungan, 90 % materi tubuhnya terdiri dari air, lahir menjadi 70%, dan kemudian tumbuh berkembang sampai mati, komposisi tubuh manusia 60% adalah air. Jadi, manusia tak ubahnya benda cair yang dibungkus oleh kulit dan daging.

Sebagai seorang manusia, ia harus sadar bahwa kompisi tubuhnya sebagian besar terdiri dari air. Sebagaimana sifat dasar air, manusia dalam bertingkah laku dan melakukan segala aktifitas kegiatannya harus bersifat maneduhkan bagi lingkungan sekitar. Artinya sifat-sifat yang ada pada air harus menjadi insprirasi bagi manusia untuk menciptakan pribadi-pribadi sholeh dalam kehidupan antar sesama manusia, hewan, dan alam.

Dari sisi kelembutan, ternyata benda paling keras di dunia yaitu baja, kenyataannya hanya dapat dikalahkan oleh air. Tidak heran jika kemudian air digunakan untuk memotong baja menggunakan alat dengan sistem penekanan air melalui celah kecil sedemikian rupa. Moralnya adalah, apabila kita berhadapan dengan seseorang yang mempunyai watak keras, maka kita harus mengimbanginya dengan watak yang lembut dan rendah hati.

Dalam Firman Allah dikatakan bahwa air memegang peranan penting dalam hampir semua sirkulasi kehidupan di dunia. Maka dari itu, manusia pun seharusnya berlaku sama. Ia harus mampu menjadi pribadi yang berguna bagi manusia lainnya sebagaimana air yang selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Al-Baqarah: 164).

*Kolom Hikmah Republika, 24 April 2008

Tinggalkan komentar